PENGALAMAN YANG AKAN SLALU TERKENANG
Jum’at, 18 Juli 2008 aku dan teman-temanku, maksudku teman sekelompokku sedang melaksanakan tugas MOS untuk kemandirian siswa. Sebelumnya kita mendapatkan pengarahan dulu dari Ustadz dan Ustadzah kita sebagai seorang yang telah menginjak usia dewasa (16/17 tahun) dalam Islam mengatakan bahwa pada umur itu seseorang harus bisa mencari nafkah sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri orang tua tidak menafkahi. Kita harus mandiri dan berani menghadapi dan menjalani hidup tanpa bantuan orang tua.
Kelompokku terdiri dari Yahmu (Ketua), anggota : Aisyah, Adelia, Fitri, dan Rachma. Tapi Yahnu nggak bisa masuk karena sakit. Jadi aku harus menggantikannya. Berdasarkan pilihan teman-temanku. Sebelum berangkat kita diberi bekal brownish dan bolu dari sekolah.
Sebelumnya aku sudah mengira untuk melakukan hal itu. Karena hari sebelum hari H kita diberi materi tentang kemandirian dan kita tiap kelompok diberi tugas untuk mandiri mendapatkan uang dengan jerih payah sendiri. Minimal 100 atau 1.000 rupiah. Kita diperintahkan untuk membawa barang-barang yang kita miliki untuk menghasilkan uang. Dan membuat sesuatu untuk membuat teman menjadi menarik.
Kita berangkat 09.00 dari sekolah. Kelompok 1 dan 2, putrid menaiki mobil Grand Max hitam mengkilap. Kita diantar / dipandu oleh Ustadz M. Yulianto. Tapi beliau dan yang nyetir mobil langsung pulang kembali ke sekolah. Kelompok 1 diturunkan di Pasar Klewer dan kelompokku (kelompok 2) diturunkan di Pasar Gawok. Jam 1 siang nanti kita mau dijemput di depan Kelurahan Gawok. Setelah kami turun dari mobil, mobil itu kemudian pergi. Kita melangkah dengan Bismillahirrahmanirrahim.
Kita berempat berkeliling pasar menjajakan makanan ringan yang telah disiapka. Waktu kami memasuki pasar, pandangan orang-orang tertuju kepada kami berempat. Nama kami disebutkan satu persatu : Fitri, Aisyah, Lia dan Rachma. Kami jadi malu, tapi perasaan itu segera hilang, dengan semangat kami menawarkan makanan yang telah dibawa. Pertama-tama, kita nawarkan permen ke ibu-ibu. Kita bilang, bu beli permen nggak, bu ? Ibunya gak mau beli. Akhirnya kami menawarkan kepada ibu-ibu yang lain. Dan ada yang mau beli karena harga jualnya ½ harga dari harga beli. Kita rugi setengah dari modal. Aisyah modal Rp.2.500, Lia Rp.3.000, Fitri Rp.10.000, Rachma Rp.1.500 Modal seluruhnya Rp.17.000,00 sedangkan uang yang kita dapatkan berjumlah Rp.15.600, dari Rp.17.000-Rp.15.000 = Rp.1.400. Uang yang kita dapat Rp.15.600-Rp.5.000 = Rp.10.600. Rp.10.600 adalah hasil penjualan makanan dan uang Rp.5.000, kita diberi oleh seorang simbah. Karena kasihan padahal kita tidak bantu apa-apa. Cuma nawarin jasa cuci piring, tapi piring sudah dicuci semua. Lalu keluarlah simbah-simbah dan ia mengambil lalu mengulurkan tangan yang terdapat satu lembar uang lima ribuan.
Pukul 09.30 makanan / permen yang kita jajakan ke pasar dan TK Gawok sudah habis, lalu kami beristirahat di depan Kelurahan Gawok sambil makan dan minum, kita menghitung uang. Pertama mendapt uang memang sangat menyenangkan, tapi karena terlalu lama kecapekan.
Lalu kami melihat 6 orang dari kelompok putra menghampiri kami. Mereka menanyakan, kamu jualan apa ? dan dapat uang berapa ? Kami menjual makann ringan dan permen. Hasilnya Rp.15.600. Rp.5.000 dari simbah pemilik wwarung soto “Pak Karno”. Padahal tadi anak perempuannya telah memberikan uang Rp.100,00. Tapi karena kebaikan simbah putri tersebut kita diberi uang Rp.5.000,00 + uanghasil jualan permen Rp.10.500 + Rp.100 = Rp.15.600. Lalu kami berjalan entah kemana untuk nawarin jasa. Bolak-balik di pasar beberapa kali, karena capek kami kembali ke kantor kelurahan untuk istirahat. Di jalan kami melihat siswa putra yang kebetulan bertemu tadi sedang berjualan tahu kupat dan ada yang menjadi kuli. Tanpa modal yang dikeluarkan.
Kami pergi ke masjid dekat pasar pukul 12.00. Dan sebelumnya pukul 10.300 kami sudah di masjid untuk istirahat, tapi di masjid kami bertemu eompok putra yang tadi di pasar. Kami tidak sengaja bercakap-cakap menanyakan apa yang kita dan yang ia kerjakan. Karena jenuh kami kembali ke kelurahan. Lalu balik pukul 12.00 untuk melaksanakan sholat Jum’at.
Setelah itu kami (aku dan Fitri) membeli rujak, dan buah papaya. Rp.2.000 (lotis), Rp.500 (papaya). Eh…. Kita bertemu kelompok putra lagi, mereka juga mau beli buah dingin di penjual lotis. Tiba-tiba anak putra (salah satunya berteriak. Eh ….. ada ustadz !! Dan ustad itu adalah Ustadz Fauzi danUstadz Raharjo. Kami yang sedangbeli lotis difoto, tapi kemudian beliau memotret anak putra. Mereka bergaya lagaknya seperti seorang model, lalu ustadz itu pergi. Aku dan Fitri kembalike kelurahan. Mengapa kita tidak difoto seperti anak putra ? Nggak tau deh …! Eh… tiba-tiba Ustadz Fauzi dan Ustadz Raharjo datang menemui kami di bawah pohon besar rindang di kelurahan. Mereka memotret kami dan menanyakan hasil yang diperoleh kelompok kami. Lalu beliau kembali ke sekolah.
Kita menunggui jemputan yang tadi telah mengantar kami, tapi belum juga datang. Dua orang teman aku mau pergi beli pulsa.Lalu pergi ke counter terdekat. Kami berempat berjalan brsama setelah membeli pulsa, kami duduk sebuah bangku panjang di dekat warung soto. Kami melihat anak putra sedang duduk di parkiran tukang becak dekat stasiun. Karena kelaparan kami makan buah atau lotis yang dibeli tadi. Padahal kami belum makan nasi. Mau gimana lagi, keburu lapar nich ! Pedas sekali …. Mantap ….!!
Lalu kami melihat jemputannya datang menuju kelurahan kami mengikutinya, dan akhirnya naik ke mobil itu, lalu kembali ke sekolah. Tapi aku sebal karena harus satu mobil dengan anak putra. Yang menyetir bilang, sekalian saja ! Putri di tengah dan putra belakang. Mereka itu nyebelin. Sukanya ngejek dan ngrumpi. Juga ada yang menyanyi. Suaranya sih fals banget.
Ketika kami melewati Pasar Klewer, Fitri bertanya pada pak yang jemput kami. Pak, gimana dengan kelompok satu putrid yang di Pasar Klewer ini ? Ia menjawab, mereka dijemput mobil lain. Kami melihat kelompok tersebut sedang menutup pintu mobil. Aku kasihan salah satu dari mereka kesulitan menutup pintu belakang. Anak putra di mobil Grand Max ini menertawakannya.
Akhirnya kami tiba di sekolah pukul 14.00, kemudian kita beristirahat dan makan nasi. Lalu kumpul di masjid.
Saat latihan PBB sorenya, perutku melilit sakit banget. Terpaksa aku tidak ikut hanya bisa melihat masjid.
Pengalamanku hari ini tidak akan pernah kulupakan, karena baru pertama kali ini pergi ke pasar untuk mencari uang sendiri. Biasanya ke pasar dengan umi atau abi untuk berbelanja. Pertama kali berani berbincang dengan anak putra selam di SMAIT Nur Hidayah ini. Hari ini aku sangat senang, bahagia, sebel dan capek. Tapi rasa sebel dan capek itu hilang. Karena kekeluargaan kami baik putra dan putrid sangat erat dan terjaga dengan batas-batas dalam Islam. Terima kasih ustadz dan ustadzahku mengucapkan terima kasih atas bimbingan kalian. Dengan pengalaman ini kami mulai mengerti bagaimana sulitnya mencari uang dengan persaingan untuk berdagang. Kami mulai memahami apa itu mandiri. Dan itu harus kita terapkan dengan kehidupan sederhana. Mandiri itu tidak memerlukan bantuan orang lain. Kita harus berjuang sendiri demi kemajuan kita sendiri. Saya juga mulai dekat dengan teman-teman saya.
Semoga pengalaman ini menjadi pengalaman yang tak pernah dilupakan dan akan selalu terkenang di hati kita semua. Pengalaman yang sangat berharga. Semoga SMAIT Nur Hidayah menjadi teladan bagi SMA yang lain. Amiin.
0 Comments:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda